TAMAN-TAMAN HAKEKAT (Menyelami Nilai Substansi Agama)

Judul diatas merupakan terjemahan dari Kitab حدائق الحقائق yang ditulis oleh Muhammad ibn Abi Bakar ibn ‘Abd al-Qadir Syamsuddin ar-Razi (660 H). Kitab ini ditahqiq dan diberi keterangan dan penjelasan terhadap ayat, hadis-hadis serta biografi singkat para tokoh sufi oleh Said ‘Abdul Fattah dan diterbitkan oleh Maktabah ats-Tsaqafah ad-Diniyyah di Kairo pada tahun 2002 sebagai cetakan pertama. Kitab ini ditemukan oleh Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. di Perpustakaan Universitas Georgetown di Washinton DC ketika Beliau berkunjung ke Amerika Serikat sekitar tahun 2005. Ketika pulang ke Indonesia, foto copy kitab ini diserahkan ke saya dengan harapan bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ketika itu, saya sedang menulis Disertasi bimbingan Beliau bersama Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA.
Kitab Hadaiq al-Haqaiq ini adalah kitab tasawuf yang ditulis pada abad ke VII H/XIII M oleh ar-Raziy yang wafat tahun 660 H atau sekitar tahun 1261 M semasa dengan imam an-Nawawi yang wafat tahun 676 H/1277 M. Tema-tema yang dibahas adalah maqam-maqam atau jalan pendakian menuju ke Sana. Tema-tema seperti ini ada kemiripan dengan yang ditulis dalam kitab sebelumnya seperti ar-Risalah al-Qusyairiyyah oleh al-Qusyairiy an-Naisaburiy wafat tahun 465 H/1073 M. Kitab ini memuat 54 tema pembahasan tentang jalan pendakian bagi seorang Salik yang diawali tentang masalah tobat, namun uraian dan ulasannya berbeda. Demikian juga dalam kitab Raudhah ath-Thalibin wa ‘Umdah as-Salikin karya imam al-Ghazali wafat tahun 505 H/1111 M, yang memuat 43 bab pembahasan diawali tentang Dua Kalimat Syahadat sebagai Fondasi Agama. Kitab Futuh al-Ghaib karya Syekh Abd al-Qadir al-Jaelani wafat 561 H/1166 M. Kitab ini memuat 77 maqalah atau tema yang diawali tentang Sesuatu yang Harus Dimiliki oleh setiap Mukmin. Demikian juga Kitab Sirr al-Asrar karya Abdul Qadir al-Jaelani yang memuat 24 Pasal pembahasan diawali Pasal pertama tentang Kembalinya Manusia ke Tempat Asal. Kitab berikutnya yaitu Taj al-‘Arus al-Hawi Li Tahdzib an-Nufus” karya Ibnu ‘Athaillah as-Sakandariy (709 H/1309 M), kitabnya yang paling terkenal Al-Hikam. Kitab Taj al-‘Arus ini cukup tebal hampir sama dengan ar-Risalah al-Qusyairiyah, pembahasannya juga memulai masalah Kemestian Tobat dari Maksiat, lalu diakhir tentang Perumpamaan Hamba Bersama Allah.
Membaca Kitab Hadaiq al-Haqaiq ini cukup terasa perbedaannya dengan kitab-kitab tasawuf yang disebutkan di atas, baik isinya maupun cara penjelasannya. Namun yang jelas, semua kitab kitab tersebut adalah sangat bagus karena merupakan rujukan induk dalam ilmu tasawuf dan saling melengkapi. Di antara perbedaanya ialah semua tema pembahasannya sangat jelas dalil teologisnya, pada tema pembahasan diawali dengan ayat al-Qur’an, lalu diuraikan penafsirannya dilengkapi dengan hadis, atsar dari sahabat dan tabiin serta pandangan para ulama khususnya ulama tasawuf.
Kitab Hadaiq al-Haqaiq ini akan menjawab dan menghilangkan keraguan sebagian kalangan yang masih menilai bahwa Tasawuf itu adalah Bid’ah, tidak ada dasarnya, hanyalah kumpulan ucapan para ulama, sekaligus akan semakin mengokohkan betapa pentingnya ilmu tasawuf ini sebagai ilmu hakekat sebagaimana judul kitab ini. Terlebih lagi, saat ini kehidupan sosial kegamaan banyak dipengaruhi oleh hiruk pikuk kepentingan politik praktis, sehingga terkadang akhlak dan hati nurani sedikit tergerus dan rusak.
Ada orang yang tidak mengerti politik dan perkembangannya, tapi omongannya justru lebih banyak masalah politik dibandingkan dengan pengurus partai politik. Akhirnya, dalam hati mulai muncul rasa curiga, rasa benci, dan lain-lain. Demikian juga banyak orang sibuk hanya sebatas dalil-dalil hukum syariat saja, bahkan merasa bangga dipakai berdebat dengan orang lain, terlalu sibuk persoalan format dan casing, lalu cenderung mengabaikan nilai substansi ajaran Islam.
Sebelum masuk kampus mengenal dunia akademik tahun 1991, guru saya di kampung halaman bernama KH. Mahdi Buraerah (wafat 26 Februari 1998) dan Muhammad Subaer Rukkawali wafat 1995, (Allahu Yarhamhuma wa yagfir lahuma) sudah mengajarkan dan meletakkan dasar-dasar ilmu tasawuf, dengan membaca Kitab Tanwir al-Qulub karya Syekh Muhammad Amin al-Kurdi (1332 H/1914 M) di rumahnya, kitab ini memuat masalah aqidah, tauhid, fiqh, dan tasawuf, yang dibaca khusus bagian tasawufnya serta seringkali diperkenalkan tentang imam al-Gazali dan Syekh Abdul Kadir al-Jaelani, Beliau mengingatkan bahwa ilmu tasawuf ini posisinya sangat penting dan sentral dalam Islam, sebab dengan ilmu ini bisa membersihkan hati dan pikiran sehingga bisa dekat sedekat-dekatnya kepada Allah ke atas, ilmu ini yang menyambungkan taqarrub ke atas, sedangkan ilmu-ilmu lainnya hanya menyambungkan ke samping, tapi tidak sampai ke atas, khususnya ilmu filsafat.
Dalam konteks sosial, Dr. Alwi Shihab menulis Disertasi di Universitas ‘Ainu Syams di Mesir berjudul Al-Tashawwuf al-Islamiy wa Atsaruhu fi al-Tashawwuf al-Indunisiy al-Mu’ashir, (Beliau meraih gelar Doktor di Mesir dan Doktor di Amerika). Saya membaca dan memahami dalam disertasinya ini bahwa para penceramah dan pelopor dakwah dalam penyebaran Islam di Indonesia mengamalkan ajaran tasawuf ini bisa menembus segala macam perbedaan dan keragaman. Para dai dengan mengamalkan ajaran tasawuf mengdepankan akhlak dan keteladanan serta sangat bijak menyikapi budaya dan tradisi masyarakat setempat. Dakwahnya menyenangkan dan menyejukkan hati, sehingga sukses dan berkontribusi besar dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Atas dasar pandangan inilah, saya tergerak untuk men-share isi kitab ini dari apa yang saya pernah terjemahkan dan himpun dalam sebuah buku yang diterbitkan tahun 2010 lalu berjudul "Taman Hakekat".. Semoga bermanfaat.
Kata Pengantar ar-Raziy sebagai Penulis Kitab ini :
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Salawat dan salam semoga tercurahkan atas sebaik-baik makhlukNya Muhammad dan keluarganya yang suci bersih serta para sahabatnya yang mulia, salawat yang abadi hingga hari pembalasan.
Muhammad ibn Abu Bakar ibn Abdul Kadir ar-Razi, seorang hamba yang lemah yang senantiasa butuh terhadap rahmat Tuhannya yang Maha mengetahui, yang menyadari segala kesalahan dan dosanya, semoga Allah memaafkan dan mengampuninya dan mengampuni seluruh umat Islam dengan kemuliaannya. Sesungguhnya dia mengatakan: “Buku yang ringkas ini aku himpun dari ayat-ayat al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW., riwayat para sahabat, dan ungkapan-ungkapan mereka yang telah mencapai derajat ma’rifah sebagai pemilik thariqat, sahabat dalam menyelami hakikat, penuntun dalam menekuni jalan suluk menuju Tuhan, dan ahli badah, serta ungkapan para ulama salaf terdahulu yang konsekwen dalam meniti dan mengikuti jalan para Rasul yang diutus Allah.
Semoga Allah tetap melimpahkan berkat mereka kepada kita dan memberikan taufik untuk dapat mengikuti jejak langkah mereka, khususnya untuk dapat semakin dekat kepada-Nya pada posisi yang lebih tinggi.
Buku ini aku beri nama “Hadâiq al-Haqâiq” yang terdiri atas 60 bab pembahasan. (Penulis, Abu Bakar ibn ‘Abdul Kadir Syamsuddin ar-Raziy).
Kata Pengantar Muhaqqiq
Adalah menjadi suatu kebutuhan dan tuntutan – terutama di era pemikiran ilmiah modern -- untuk mencerahkan daya rasa, mempertajam kesadaran indera, menenangkan jiwa, dan mengisi diri dengan penuh cahaya, keyakinan, dan hidayah, serta membuka mata hati sehingga dapat menyaksikan sesuatu yang tak dapat dipandang mata.
Kebutuhan dan tuntutan seperti itu, akan semakin terdesak, terutama di era modern di mana kita hidup ini mempunyai daya rasa dan indera, namun menelantarkan aktivitas spritual sehingga akan semakin mempertebal hijab yang membatasi diri kita dengan Allah dan justru mempersubur tumbuhnya rasa dengki dalam hati yang pada gilirannya akan menghilangkan kecerahan dan ketenangan hati itu sendiri. Dan jadilah manusia kehilangan kesadaran jati dirinya di tengah era kemajuan dan kecanggihan ilmu pengetahuan. Hal ini akan semakin diperkuat oleh adanya kondisi di mana manusia di era modern ini memiliki berbagai macam obat dan fasilitas peralatan ilmiah modern yang sangat membantu dan memberi kepuasan yang sangat besar bagi mereka yang hidup di abad ini. Namun, dalam waktu yang bersamaan, kebanyakan manusia hilang kesadaran, jiwanya gersang dan kosong serta penuh kegelisahan. Mereka berteriak-teriak dan mengadu ke mana-mana, dan mengutuk-ngutuk zaman, namun tak ada yang mempedulikannya.
Menurut saya, manusia di era modern ini tidak dapat merasakan ketenangan jiwa kecuali memasuki kawasan dunia spritual yang akan mengisi dan memenuhi hati sebagai sumber pancaran yang memberikan kekuatan dan ketenangan serta keramahan, menggerakkan perasaan hati, dan meneguhkan kedamaian dalam memenuhi berbagai harapan. Ketika itu ia menyadari diri, mengunggulkan dan menaikkan ruh kepribadian, sehingga setiap kali muncul keinginan dan kecenderungan, maka di saat itu ia mendapat bantuan dan bisikan inspirasi atau ilham, sehingga dengan demikian, manusia akan menampakkan dengan jelas sikap dan perilaku manusia sebagai bagian dari kesadaran perasaan hati yang mendorong kepada perjuangan melawan dorongan hawa nafsu dan akal. Kesadaran dirinya akan semakin terkokohkan dengan tercermin dalam realisasi kehidupan secara benar.
Buku yang kami ajukan ini sebagai bagian dari seri kepustakaan sufistik yang akan memberi saham bagi para pembaca yang mulia untuk pengenalan dan pengetahuan kepada jalan hakikat untuk sampai kepada tujuan spritual. Buku ini terdiri atas 60 bab pembahasan. Setiap pembahasan disebut sebagai sebuah taman hakikat yang merupakan sumber pengenalan dan pengetahuan Rabbaniyah yang akan menerangi dan mencerahkan jiwa yang gersang dan menyeleweng dari rel kebenaran, dan menempatkan di atas jalur cahaya spritual secara stabil.
Awal Rabi’ ul Awal 1424 H/24 Mei 2001 M. (Sa’id ‘Abdul Fattah).
Bab-bab pembahasan temanya bersambung di BAB I tentang Taubat. Semoga bermanfaat.
Pontianak, 7 Februari 2019