SPIRITUALITAS RAMADHAN : Puasa Ramadhan , Berdampak

Sebelum poin pokok pembahasan pada tulisan ini, terlebih dahulu saya menambahkan sedikit penjelasan mengenai kata “berdampak” yang ada pada judul. Kata tersebut pertama kali mendapat penjelasan dalam konteks gagasan dan gerakan adalah penjelasan Sekjen Kementerian Agama RI, Prof. Dr. H. Kamaruddin Amin, M.A., saat beliau memberi arahan pada Rapat Kerja (RAKER) STAIN Majene bulan Februari 2025 di Makassar. Di antara gagasan yang disampaikan berkaitan kata “ *berdampak* ” adalah *Kementerian Agama berdampak, beragama berdampak dan PTKN berdampak.* Pesan yang saya petik dari penjelasan tersebut adalah bagaimana Kementerian Agama, penganut agama dan perguruan tinggi keagamaan, hadir di tengah-tengah masyarakat dengan membawa dampak positif atau memberi kontribusi positif terhadap setiap daerah di mana perguruan tinggi itu berada.
Demikian pula orang yang beragama, mampu memberi manfaat melalui ibadah sosial. Gagasan tersebut menurut beliau didasari atas hadis Rasulullah Saw.;
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
_Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad)._
Istilah “ *berdampak* ” kemudian ditarik dalam konteks beragama pada tulisan ini, terkhusus pada momen Ramadan melalui puasa yakni “ *puasa ramadan berdampak”.* Jika melihat dalil tentang kewajiban berpuasa, maka disitu dijelaskan bahwa orang yang berpuasa diharapkan mampu mewujudkan ketakwaan, sebagaimana dijelaskan dalam Qs. al-Baqarah: 183;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
_"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."_
Dari ayat ini, dijelaskan bahwa tujuan dari berpuasa yaitu agar orang yang melaksanakan puasa bisa mewujudkan ketakwaan pada dirinya. Dengan demikian, permasalahan yang akan kita bahas adalah bagaimana ketakwaan yang merupakan hasil dari ibadah puasa, bisa memberi dampak terhadap orang lain atau bisa membawa manfaat di tengah-tengah masyarakat, baik dari aspek keagamaan, ekonomi dan budaya. Salah satu ayat al-Qur’an yang menyebut ketakwaan beserta indikatornya adalah Qs. Ali Imran: 133-134;
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ, الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَ.
_Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan._
Berdasarkan ayat di atas, menunjukkan bahwa ada empat indikator ketakwaan yaitu; 1. Orang yang suka berinfak baik dalam keadaan lapang (berkelebihan rezeki) maupun ketika dalam keadaan sempit (sedang susah), 2. Orang yang bisa menahan amarahnya, 3. Orang yang suka memberi maaf kepada orang lain, 4. Orang yang suka berbuat baik (ihsan).
Jika mengamati dari empat indikator ketakwaan tersebut, maka kita melihat potensi besar bahwa ketakwaan dapat memberikan “ *dampak* ” kepada masyaraka, karena di antara objek pembuktian takwa berdasarkan ayat tersebut adalah *pertama* , bagaimana orang yang bertakwa atau berpuasa memiliki kepekaan dan kepedulian sosial dalam hal membantu atau berinfak kepada orang lain dari rezeki yang diberikan oleh Allah Swt. sehingga orang lain yang ada disekitarnya dapat meningkatkan kehidupan yang lebih sejahtera. *Kedua* , bagaimana orang yang bertakwa atau berpuasa dapat mengontrol amarah, egoisme dan tindakan-tindakan yang bisa merugikan orang lain dan dirinya sendiri, sehingga tercipta kerukunan, kedamaian dan ketentraman dalam masyarakat di mana ia berada. *Ketiga* , bagaimana orang yang bertakwa atau berpuasa dapat memiliki sifat pemaaf kepada orang lain, dan tidak menjadi orang yang suka menyebar fitnah dan kebencian, demi menjaga kondisifitas masyarakat. *Keempat* , bagaimana orang yang bertakwa atau berpuasa senantiasa menebar kebaikan untuk memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada orang lain dan masyarakat.
Dengan uraian tersebut, membuktikan bahwa puasa dengan tujuan mewujudkan ketakwaan dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan masyarakat atau *“puasa ramadan berdampak”* sungguh bisa terwujud
dengan baik. (Ramadan, Mamuju, 6 Maret 2025).
#PKMJP salafiyah parappe putri