SPIRITUALISAS RAMADHAN : AL-QURAN, Antara Petunjuk dan Seni

SHARE

Salah satu ayat yang turun pada bulan Ramadhan yang memberi penagasan bahwa al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia adalah Qs. Al-Baqarah: 185. _Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)_ . Ayat ini telah menjelaskan kepada kita bahwa al-Qur’an bukanlah kitab yang hanya terbatas pada kitab bacaan, akan tetapi al-Qur’an lebih jauh dari itu mengandung petunjuk atau pedoman bagi manusia, dan berfungsi sebagai pembeda dari hak dan yang batil.

 

Namun ada fenomena yang menarik yang terjadi di kalangan umat Islam mengenai al-Qur’an yakni ada kecenderungan sebagian umat Islam melihat dan bangga terhadap al-Qur’an dari aspek seni dari pada melihat al-Qur’an sebagai kitab petunjuk (hudan). Hal tersebut dapat dilihat pada sebahagian umat Islam yang sangat bersemangat menghadirkan dan memajang kaligrafi (tulisan ayat al-Qur’an) di dinding-dinding rumahnya yang harganya sangat pantastik, karena bisa mencapai puluhan juta dan membangga-banggakannya. Hal yang demikian adalah sesuatu yang baik, namun secara substansi belum sesuai dari esensi tujuan diturunkannya al-Qur’an sebagai petunjuk. 

 

Dalam hal ini, saya pernah bertanya kepada salah seorang yang memiliki kaligrapafi yang indah dan mahal.

 

 *Pertanyaan pertama* , bagaimana bacaan yang benar pada kaligrafi besar yang tergantung didinding ruang tamu itu?, pemilik kaligrafi itu mulai memperhatikan kaligrafi tersebut dengan seksama dan mulai bingung, karena sifat dasar kaligrafi itu adalah tulisan ayat al-Qur’an yang bertumpuk yang sangat indah, padahal kaligrafi tersebut sudah tiga tahun tergantung di dinding rumahnya dan baru sadar bahwa ternyata dia tidak tahu apa bacaan ayat yang ada pada kaligrafi tersebut.

 

 *Pertanyaan kedua* adalah apa arti dan makna dari ayat tersebut?, pernyataan itu membuatnya semakin bingung, karena biasanya kaligrafi tidak disertakan dengan terjemahnya.

 

 *Pertanyaan ketiga* adalah apakah makna yang terkandung dalam kaligrafi yang tergantung di dinding yang sangat mahal itu sudah dilaksanakan? ia tidak menjawab, hanya tersenyum yang mana senyum itu mengandung makna bahwa ada sesuatu yang kurang dari saya tentang kaligrafi itu.

 

Berdasarkan realitas itulah, saya memandang bahwa ada kecenderungan di kalangan sebagian umat Islam melihat al-Qur’an lebih cenderung melihatnya dari aspek seni (seni rupa) dari pada melihat al-Qur’an sebagai petunjuk (hudan) yang harus diketahui maknanya dan selanjutnya berusaha melaksanakan apa yang menjadi perintah dan larangan al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan pada dua ayat berikut, *Qs. Al-Qamar:* 17; _Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur’an sebagai pelajaran. Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran? dan *Qs. Shad: 29;* (_Al-Qur’an ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) yang penuh berkah supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran._ (Ramadhan, Majene 4 Maret 2025).

 

#PKMJP salafiyah