SPIRITUALITAS RAMADHAN : Puasa Ramadhan Vs Kreativitas & Produktivitas

SHARE

Ketika bulan Ramadhan tiba, ada fenomena yang menarik terjadi di kalangan masyarakat yakni terkadang ramadhan terkesan diasumsikan sebagai penyebab menurunnya kreativitas dan produktivitas kerja atau dijadikan dalih untuk mengurangi bahkan tidak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan di luar Ramadhan. Alasan atau asumsi ini muncul bahwa orang yang berpuasa kurang mendapat asupan makanan dan minuman ke dalam tubuh, sehingga secara otomatis mengurangi energi untuk beraktivitas. Konsekuensi dari logika ini, maka produktivitas dan prestasi kerja akan menurun. Jika asumsi ini benar, maka puasa ramadhan sebulan penuh tidak cocok bagi mereka yang bekerja di siang hari atau tidak akan dapat berprestasi ketika berpuasa.

 

Argumen lain yang menunjukkan indikasi adanya asumsi penurunan etos kerja dalam dimensi kehidupan pada bulan ramadhan, di antaranya adalah tradisi yang terjadi, seperti peliburan anak sekolah atau perguruan-perguruan tinggi, termasuk pengurangan jadwal yang dilakukan instansi pemerintah atau swasta terhadap jam masuk kerja maupun selesai kerja. Jam kerja biasanya diperlambat setengah atau satu jam dan demikian juga pada jam selesai kerja. Ini satu bukti yang menunjukkan bahwa persepsi terhadap etos kerja (kreativitas dan produktivitas) melemah atau menurun pada bulan ramadhan. Jika demikian, apakah sebenarnya puasa menjadikan penurunan etos kerja?

 

Jika kita belajar pada sejarah Islam, terutama pada masa Rasulullah saw. dan para sahabatnya, justru di bulan ramadhan terlahir beberapa karya yang tidak ternilai dan menjadi sejarah penting dalam perkembangan Islam. Sejarah yang mengisahkan kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar (2 H/624 M), meski hanya dengan 313 orang prajurit dengan persenjataan yang seadanya, mampu mengalahkan pasukan yang jumlahnya jauh lebih banyak dari mereka yakni sekitar 1000 orang (Qs. Ali Imran: 123-126). Kemudian sejarah penaklukan kota Mekah (8 H/630 M). Kemenangan emas kaum Muslimin justru diperoleh ketika kaum Muslimin sedang melaksanakan ibadah puasa.

 

Sejarah ini kemudian berlanjut sepeninggal Nabi Muhammad saw. Sejarah mencatat bahwa kemenangan spektakuler kaum Muslimin di Spanyol terjadi pada bulan Ramadhan (91 H/710 M). Sama halnya dengan kemenangan besar perang Salib (584 H/1188 M), sukses melawan Tartar (658 H/1168 M), bahkan, bangsa Indonesia sendiri dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan pada hari Jum’at 9 Ramadhan 1364 H.

 

Dengan demikian, seyogyanya Ramadhan atau puasa dapat melahirkan lima spirit dalam etos kerja: *Pertama* , lahirnya hubungan spiritual antara manusia dengan Allah, sehingga menjadikan manusia meningkatkan produktivitas kerja pada bulan ramadhan; *Kedua* , spirit puasa menjadikan manusia menjaga hubungan yang harmonis, baik antara bawahan dengan atasan, maupun antarinstitusi, bahkan antara pemerintah dengan rakyatnya (safari ramadhan). *Ketiga* , spirit puasa melahirkan manusia menempuh cara-cara yang “halal” dalam menjalani suatu pekerjaan. *Keempat* , spirit melahirkan manusia yang saling menghormati, toleransi dan saling menyanyangi. *Kelima* , spirit puasa meningkatkan profesionalisme dalam setiap pekerjaan yang di emban.

 

Olehnya itu, jika kita melihat adanya indikasi penurunan etos kerja umat Islam pada bulan ramadhan, berarti itu bukan disebabkan karena asupan makanan dan minuman yang berkurang, akan tetapi, hal itu disebabkan oleh faktor kualitas keimanan dan tingkat kesungguhan dalam beribadah kepada Allah, karena pada hakikatnya bulan ramadhan merupakan bulan yang mendidik umat Islam agar menjadi manusia yang produktif dan punya semangat kerja yang tinggi, professional dan disiplin yang tinggi untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. (Ramadhan, Majene, 3 Maret 2025).

 

#PKMJP salafiyah parappe putri