SAMA-SAMA BELAJAR DI TENGAH PANDEMI

Pandemi covid 19 telah membuat pendidikan di negara ini menjadi berubah total dari terbiasa belajar dengan tatap muka menjadi interaksi belajar secara daring (online) melalui layar komputer, laptop ataupun smartphone. Bukan hanya sang pelajar yang belajar tapi ternyata guru dan orang tua juga sama-sama belajar yang pada perjalanannya memunculkan wajah asli sistem pendidikan Indonesia. Apakah kondisi ini merupakan sebuah hambatan atau kondisi ini dapat memunculkan gagasan sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik?
Mari kita flashback kembali, bagaimana sulitnya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia sebelum wabah covid-19 menyerang. Perlu kita ketahui bersama bahwa pembelajaran dengan sistem daring sudah mulai disarankan jauh sebelum wabah ini menyerang, pada rentan waktu sepuluh tahun terakhir sekolah-sekolah di Indonesia seharusnya sudah mulai mengimplementasikan pembelajaran dengan sistem online sebagai pelengkap dalam sistem pembelajaran di kelas (offline) sehingga ketika muncul situasi yang mengharuskan para guru dan siswa menjalani pembelajaran jarak jauh hal itu sudah tidak terasa asing lagi seperti yang terjadi sekarang ini. Kendati demikian hingga detik sebelum covid-19 menyerang, pembelajaran dengan sistem online tersebut nyatanya belum 100% diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia.
Adapun kendala umum yang disinyalir menjadi biang kerok terhambatnya pelaksanaan pembelajaran online hingga detik ini masih sama yaitu belum meratanya infrastruktur yang mendukung penerapan pembelajaran sistem belajar daring. Hal ini didukung fakta yaitu masih banyak daerah-daerah terpencil yang tidak mendapatkan akses jaringan telepon atau bahkan internet yang berdampak pada sekolah-sekolah yang berada didaerah tersebut. Hal ini menjadi miris ketika kita diingatkan pada kejadian tragis beberapa waktu lalu yang menimpa sejumlah mahasiswa yang harus meregang nyawa lantaran berburu jaringan internet di desanya.
Saat ini untuk dapat mengoptimalkan pembelajaran daring, para guru, siswa bahkan orangtua siswa harus sama-sama belajar, saling bekerjasama sehingga beban tidak terasa hanya pada satu pihak saja. Oleh karena itu guna memperoleh keberhasilan dalam pembelajaran daring maka ada empat komponen yang harus terpenuhi, keempat komponen tersebut adalah yang pertama technoware yang berkaitan dengan wujud peralatan dan aplikasi apa saja yang digunakan dalam pembelajaran daring, kedua humanware yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini peran guru dalam mengoperasikan aplikasi yang digunakan seperti whatsaap, google classroom, zoom cloud meeting, google meeting, atau aplikasi lain yang serupa dan juga peran orangtua dalam membantu sang anak memanfaatkan aplikasi tersebut. Ketiga orgaware ini adalah komponen berupa instansi pendidikan yang harus mendukung pembelajaran daring, dukungan tersebut bisa berupa bantuan pemberian kuota secara gratis bagi guru dan siswa agar mudah mengakses aplikasi-aplikasi pembelajaran yang digunakan, dan yang keempat adalah infoware ini adalah komponen yang berupa materi pembelajaran yang harus diramu oleh guru agar sesuai dengan pembelajaran daring.
Jika keempat komponen tersebut dapat diterapkan dengan baik maka tidak menutup kemungkinan hambatan berupa wabah covid-19 ini dapat berubah menjadi peluang bagi para guru dan instansi pendidikan dalam meramu pembelajaran agar lebih efisien dan interaktif sesuai anjuran menteri pendidikan dan kebudayaan, serta bagi para siswa dan orangtua dapat meningkatkan komunikasi yang lebih baik di tengah pandemi ini.
Terakhir semoga wabah covid-19 segera berlalu dan para guru dan siswa bisa kembali ke sekolah seperti sediakala. Karena walau bagaimana pun pembelajaran dalam kelas masih dinilai lebih menyenangkan bagi kebanyakan anak didik kita.
#Penulis adalah Alumni Salafiyah Parappe Angkatan Tahun 2009 yang berasal dari Benteng Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan.