MUTIARA YANG TERLUPAKAN DARI PERISTIWA ISRA DAN MIRAJ

Peristiwa Isra Mi'raj adalah peristiwa spektakuler yang penuh hikmah dan kejadian-kejadian luar biasa, mulai sebelum Rasulullah SAW diperjalankan hingga beliau kembali ke bumi. Salah satu bukti dahsyatnya Isra Mi'raj, Allah SWT menggunakan kata Subhana untuk memulai ayat yang menceritakan Isra Rasulullah SAW.
Jika peristiwa Isra Mi'raj dinarasikan dalam bentuk tahapan, setidaknya ada 10 tahapan, dan setiap tahapan memiliki cerita serta hikmah masing-masing, mulai dari sebelum Rasulullah SAW diperjalankan hingga beliau kembali ke bumi dan menceritakan kepada umatnya kala itu.
Setiap bulan Rajab tiba, kisah yang mengawali, menyertai, dan mengakhiri Isra Mi'raj selalu disampaikan di berbagai forum oleh para mubaligh ataupun akademisi. Namun, ada satu kejadian yang sangat penting dan memiliki hikmah yang luar biasa pada peristiwa Isra Mi'raj yang jarang disentuh atau disampaikan. Peristiwa tersebut terjadi pada fase kesepuluh, yaitu saat Rasulullah SAW kembali ke bumi setelah melakukan Isra Mi'raj.
Setelah Rasulullah SAW bertemu langsung dengan Allah SWT dan menerima perintah kewajiban shalat lima waktu secara langsung, beliau kembali ke bumi dan sampai sebelum fajar menyingsing. Namun, ketika fajar terbit yang menandakan waktu shalat Subuh dimulai, Rasulullah SAW tidak melakukan shalat Subuh hingga tiba waktu Zuhur. Ketika waktu Zuhur tiba, barulah Rasulullah SAW melaksanakan shalat Zuhur.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan: "Mengapa Rasulullah SAW tidak melaksanakan shalat Subuh, padahal beliau telah menerima perintah kewajiban salat lima waktu termasuk shalat Subuh?"
Salah satu jawaban dari pertanyaan tersebut adalah qaul Syekh Zainuddin Al-Malibari yang beliau catat dalam kitab beliau Fathul Al-Mu'in:
ولم تجب صبح يوم تلك الليلة لعدم العلم بكيفيتها
Shalat Subuh pada hari itu tidak diwajibkan karena tidak adanya pengetahuan terkait tata cara shalat yang diwajibkan.
Ternyata, meskipun perintah shalat lima waktu sudah ada, shalat Subuh pada saat itu belum diwajibkan sebab belum diketahui tata cara pelaksanaannya.
Hikmah luar biasa yang terkandung dalam peristiwa tersebut adalah pentingnya ilmu pengetahuan tentang shalat sebelum melaksanakan shalat. Oleh karena itu, Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad menulis dalam kitab beliau Risalah Al-Mu'awanah:
واعلم ان من عبد الله بغير علم كان الضرر العائد عليه بسبب عبادته اكثر من النفع الحاصل له بها
Ketahuilah bahwa barang siapa yang menyembah Allah tanpa ilmu, maka mudarat yang akan menimpa dirinya sebab penyembahan yang ia lakukan lebih banyak daripada manfaat yang akan dia peroleh dari penyembahannya.
Lebih tegas lagi, Syekh Ibnu Ruslan, pengarang Nazham Zubad, menyatakan:
كل من بغير علم يعمل * اعماله مردود لا تقبل
Setiap orang yang beramal tanpa ilmu maka amalnya tertolak tidak diterima.
Karena itu, semangat untuk melaksanakan shalat yang merupakan hikmah terbesar Isra Mi'raj hendaknya berbanding lurus dengan semangat belajar ilmu tentang syarat wajib, syarat sah, rukun, dan yang membatalkan shalat. Bukan hanya itu, semua hikmah yang terkandung dalam peristiwa Isra Mi'raj tidak akan bisa diimplementasikan dengan sempurna jika tidak dilandasi ilmu, sebab ilmu adalah kunci segala hal. Sebagaimana ungkapan Imam Syafi'i yang diabadikan dalam kitab Manaqib Syafi'i:
من اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد الاخرة فعليه بالعلم ومن اراد هما فعليه بالعلم
Barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia hendaknya ia dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat, hendaknya ia dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan keduanya, hendaknya ia dengan ilmu.
Maka di antara hikmah yang merupakan kunci dari segala hikmah yang terkandung dalam peristiwa Isra Mi'raj adalah semangat untuk belajar ilmu yang berkaitan dengan kewajiban yang Allah berikan kepada setiap individu.
#Ustadz syuaib jawaz S.Pd.I, M.Pd.I