BAB IV MELAWAN NAFSU (Bagian 1)

SHARE

Allah SWT. berfirman:

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (QS. An-Nazi’at/79: 40-41).

Dikatakan bahwa maksudnya, menahan diri dari nafsu syahwat. Allah pernah mewahyukan kepada Nabi Daud AS.: “Barangsiapa makan sampai kenyang, maka ia tidak pantas mendapatkan pelayanan-Ku. Barangsiapa tidur sepanjang malam, maka ia tidak pantas mendapatkan surga-Ku. Barangsiapa tidak mencintai terhadap orang yang Aku cintai, maka ia tidak pantas mendapatkan penglihatan-Ku. Allah mewahyukan kepada Nabi Daud AS.: “Wahai Daud! Peringatkanlah sahabatmu dari makan dengan nafsu syahwatnya, sebab nafsu yang terikat pada nafsu syahwat dunia akan tertutup dari-Ku.

Nabi SAW. bersabda: 

أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي اتِّباَعُ الْهَوَى وَطُوْلُ الأَمَلِ

“Yang paling kukhawatirkan atas umatku adalah mengumbar hawa nafsu dan panjang angan-angan.”

Hadis ini diriwayatkan ‘Adiy bersumber dari Jabir. Lihat as-Suyuthi, Jami’ al-Ahâdits Juz I h. 162 Hadis No. 739, (Muhaqqiq).

Mengumbar hawa nafsu akan menutupi kebenaran. 
Panjang angan-angan akan melupakan akhirat. 

Ketahuilah, bahwa melawan hawa nafsu dan menghindari segala yang dipandang baik oleh nafsu adalah pokoknya ibadah, sebab hawa nafsu merupakan hijab yang menutup antara hamba dengan Tuhannya.

Barangsiapa yang telah terjadi bencana karena menuruti keinginan nafsunya, maka pada saat yang sama hilanglah segala ketenangannya. Barangsiapa merasa puas terhadap dirinya, maka ia akan celaka. Bagaimana bisa seorang berakal dapat merasa puas dari dirinya. 
Kata Nabi Yusuf.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan). (QS. Yusuf/12: 53).

As-Sari mengatakan: “Selama 30 atau 40 tahun nafsuku telah mendorongku supaya mencelupkan ubi ke dalam madu untuk makan, namun aku tak pernah menurutinya. Seorang laki-laki terlihat duduk melayang di udara, lalu ditanya: “Mengapa Anda bisa melakukan hal ini?” Ia menjawab: “Aku telah meninggalkan hawa nafsu, makanya Allah menjadikan udara tunduk kepadaku.”

Ibrahim al-Khawwas mengatakan: “Barangsiapa meninggalkan nafsu syahwatnya, namun tidak menemukan buah yang menggantikannya dalam hatinya, berarti dia adalah pendusta.”

(Wajidi Sayadi, Pontianak, 16 Februari 2019)

Bersambung ....