BAB III UZLAH DAN KHALWAH (Bagian 1)

Istilah uzlah dan khalwah sudah dikenal dan disyariatkan dalam agama. Dalam al-Qur’an, Allah SWT. berfirman mengenai cerita Nabi Ibrahim.
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلاَّ أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا(48)فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلاًّ جَعَلْنَا نَبِيًّا
Dan aku akan menjauhkan diri daripadamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku". Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq, dan Ya`qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi. (QS. Maryam: 48-9).
وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا
Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong. (QS. Al-Furqan/25:31).
Rasulullah SAW. bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ رَجُلٌ يُجاَهِدُ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِنَفْسِهِ وَماَلِهِ ثُمَّ رَجُلٌ يَعْبُدُ اللهَ فِي شِعْبٍ مِنْ الشِّعَابِ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ
“Sebaik-baik manusia adalah seseorang yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya, kemudian seseorang yang menyembah Allah yang terasa berat seperti dalam pendakian bukit dan seseorang yang menghindarkan manusia dari tindakan kejahatannya.”
(Hadis ini terdapat dalam Shahih al-Bukhari, Kitab al-Jihad no. 3, Kitab ar-Raqaq no. 34; Shahih Muslim, Kitab al-Imarah no. 122, 133, dan 137; Sunan Abi Daud Kitab al-Jihad no. 5; Sunan at-Tirmidzi Kitab Fadhail al-Jihad no. 24; Sunan an-Nasai Kitab az-Zakah no. 74, Kitab al-Jihad no. 7; Ibnu Majah Kitab al-Fitan no. 13; Sunan ad-Darimi Kitab al-Jihad no. 6; Musnad al-Imam Ahmad ibn Hambal Juz I h. 227, 319, 322, Juz II h. 56, 344, Juz III h. 16, 27, 56, 88, 461, 477, Juz IV h. 224, Muhaqqiq).
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW. bersabda:
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ الْفَراَّرُوْنَ بِدِيْنِهِمْ يَبْعَثُهُمُ اللهُ مَعَ عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ يَوْمَ الْقَياَمَةِ
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah orang-orang yang kencang larinya dalam memperjuangkan agamanya. Allah akan membangkitkan mereka di hari kiamat bersama Isa putera Maryam.”
(As-Suyuthi meriwayatkan dalam al-J±mi’ ash-Shaghir dengan redaksi:
أَحب شيئ الى الله تعالى الغرباء الفرارون بدينهم يبعثهم الله يوم القيامة مع عيسى ابن مريم
dan ia katakan bahwa hadis ini riwayat Abu Nu’aim dalam al-Hilyah yang bersumber dari Abdullah ibn Amr. Menurut Syekh al-Albani dalam tahqiqnya bahwa hadis ini kualitasnya daif. Lihat hadis no. 171 dalam “Dhaif al-Jami’, Muhaqqiq).
Ahli hakekat mengatakan: “Khalwat adalah sifat orang-orang suci, dan uzlah merupakan bagian dari tanda al-washlah (sampainya kepada Tuhan). Bagi seorang murid adalah menjadi keniscayaan dalam memulai kondisi rohaninya adalah mengasingkan diri dari anak-anaknya, kemudian pada akhir kondisi rohaninya dalam pengasingan diri itu keadaan jiwanya terpusat penuh pada satu titik sentrum, yaitu Allah.
‘Uzlah ada dua macam:
1. ‘Uzlah ‘Awam, yaitu memisahkan diri dari keramaian manusia dengan harapan agar mereka aman dan selamat dari gangguan kejahatan dirinya, dan bukan untuk keselamatan dirinya dari gangguan mereka. ‘Uzlah model pertama ini (yakni memisahkan diri dari keramaian agar orang lain aman dan selamat dari gangguan dirinya) adalah sifat orang-orang yang takut pada Allah, sebab dengan cara seperti ini ia memandang dirinya lebih rendah dan kecil dari orang lain. Sedangkan ‘uzlah model kedua (yakni memisahkan diri dari keramaian agar dirinya aman dan selamat dari gangguan orang lain) adalah sifat setan, sebab dengan cara seperti ini berarti ia sombong, merasa harga dirinya lebih mulia di antara sesama makhluk. Iblis sombong karena ia mengatakan, aku lebih mulia dari Adam. Model ‘uzlah pertama inilah yang sebetulnya disyaratkan oleh Nabi SAW. dalam hadis yang telah disebutkan di atas. وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ (menghindarkan manusia dari tindakan kejahatannya). Seorang biarawan (rahib) pernah ditanya: “Anda seorang biarawan?” Ia menjawab: “Bukan”. Tapi, aku hanyalah penjaga anjing penjaga yang suka menggigit dan menyakiti sesama makhluk. Itulah jiwaku, aku menghindarkan diri dari sesama makhluk agar mereka aman dan selamat. Seorang laki-laki lewat di hadapan seorang saleh, lalu orang saleh itu bergegas menarik dan merapatkan pakaiannya supaya tidak tersentuh orang yang lewat itu. Orang itu bertanya: “Mengapa Anda menarik pakaian Anda menghindari aku, padahal pakaianku bukanlah najis?” Orang saleh itu menjawab: “Dugaan Anda keliru, justru pakaianku ini kotor sehingga aku menariknya agar tidak mengotori Anda.”
2. ‘Uzlah Khawas, memisahkan sifat-sifat kemanusiaan menuju kepada sifat-sifat kemalaikatan. Oleh karena itu, mereka mengatakan: “Seorang arif adalah yang ada dan yang cerai, maksudnya keberadaannya secara lahiriah bergabung bersama orang lain, namun secara batiniah ia menjauh dari orang lain.” Abu Ali ad-Daqqaq Rahmatullah ‘alaih mengatakan: “Bergabunglah bersama orang lain dan memakai pakaian seperti yang dipakai mereka, dan makanlah bersama mereka seperti apa yang mereka makan, namun menyendirilah dari mereka dengan rahasiamu.
(Wajidi Sayadi, Pontianak, 14 Februari 2019)
Bersambung...